Google Translete

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Perhatian :

“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka.” (HR Muslim no. 2674).

Senin, 13 Juni 2011

Model Training Dengan Metode Penyucian Otak

Dimas Fajar
Pertanyaan:
Bagaimana hukumnya dengan penyucian otak di kajian kajian islam? (daurah) Contohnya mengosongkan pikiran para peserta dan mengisinya dengan aqidah seperti yang pernah dilakukan HMI, satu hari tidak percaya tuhan karena di tanyai dengan pembenturan kemudian baru diisi atau juga di suruh berdiri diatas meja dan ditanyai sampai cape, dan juga saya belum pernah menemukan di sirah rasul melakukan itu, apakah itu aktifitas yang kurang mengikuti sunnah? Yang saya mengerti rasul memberikan ajakan dan pilihan kepada ummat bukan pemaksaan secara secara brain washing. Dan apakah materi syahadatain itu seperti brain washing juga?
Jawaban:
Assalamu‘alaikum Wr. Wb. Memang pola training seperti itu sempat berkembang dan menjadi trend di kalangan mahasiswa, pelajar dan pemuda. Dilihat dari efek shok terapi-nya, memang kelihatannya meyakinkan. Apalagi bila mengacu pada metodenya yang sejak awal menafikah nilai-nilai yang pernah ada dan hanya menggunakan otak/akal/nalar/logika semata. Training itu jadi kelihatan semakin ilmiyah. Dalam dunia materialis, pendekatan nalar memang sering lebih diutamakan ketimbang mitos-mitos. Apalagi bila mengingat bahwa kebanyakan anak didik kita sudah lebih dahulu kenyang dengan metode pendidikan yang materialistis yang bila dikupas lebih jauh sebenarnya anti tuhan. Paling tidak dalam buku pelajaran eksak sekolah umum, kita tidak pernah menemukan bahwa kesimpulan pelajaran itu adalah wujudnya Allah. Tetapi yang mereka kibarkan adalah hukum alam, keseimbangan ekosistem, evolusi dan seterusnya.
Lalu ketika ikut training seperti ini, dengan tetap mengacu kepada teori-teori logika dan eksak, mereka malah bisa menemukan tuhan walaupun awalnya mereka dibawa dulu untuk menafikannya. Namun, setiap metode pasti ada celahnya. Meski kelihatan menarik terutama untuk kalangan intelek, metode ini meninggalkan lubang menganga yang cukup parah. Bagaimana itu terjadi?
1. Kenyataan sejarah Meski ateisme dan materialisme itu pada hari ini sedang mendominasi dunia, tetapi bila kita jujur pada sejarah, kita akan menemukan kenyataan bahwa ateisme itu bukan sesuatu yang perlu diperhitungkan. Kita mungkin menemukan peradaban bahuela yang tidak mengenal seni, kemanusiaan, liar dan buas. Tapi kita belum pernah menemukan sebuah komunitas masyarakat yang tidak mengenal tuhan, apapun nama dan wujudnya. Sepurba apapun suku terasing itu, para sejarawan pasti dengan mudah mengenali bahwa komunitas itu memiliki tuhan yang mereka sembah. Kalaupun di abad 20 ada gerakan ateisme yang bercampur dengan komunisme materialis, maka usianya pun tidak lama. Revolusi Bolsevic tahun 1917 itu hanya berujung pada runtuhnya USSR di akhir tahun 80-an oleh Glassnot dan Prestroika. Karena itulah barangkali Al-Quran sebagai kitab suci sepanjang masa sama sekali tidak menyebutkan fenomena ateisme, karena memang sepanjang sejarah, tidak ada masyarakat yang tidak bertuhan. Yang ada sebaliknya, mereka kenal tuhan dan bertemu nabi serta diberikan kitab suci, tapi mereka ingkar dan berpaling. Itulah yang terjadi sepanjang riwayat manusia di atas kerak bumi. Kembali kepada metode training tadi, sebenarnya kita tidak perlu melewati jalan berpikir orang ateis untuk sekedar melawan argumentasi mereka. Tampilkan saja fakta sejarah seperti ini dengan data yang akurat. Tegaskan bahwa teori materialisme dan ateisme itu sebenarnya sudah tumbang sejak lama. Apalagi teori Darwin dengan evolusinya yang sejak awal sudah goyah karena Darwinnya sendiri pun tidak terlalu yakin dengan teorinya.
2. Resiko Metode training ini beresiko besar sekali. Karena pada babak pertama para peserta dikosong dari semua nilai termasuk percaya pada adanya tuhan. Secara syar‘I sebenarnya saat itu para peserta sudah kafir, karena tidak beriman kepada Allah, Rasul, Malaikat, Kitab, Kiamat dan Taqdir. Ke-enam rukun iman itu semuanya dipungkiri. Meski hanya untuk sementara, tapi jeda waktu itu sudah cukup untuk menjadi batas kafir dan islam. Orang yang murtad dalam hukum Islam terikat dengan hukum-hukum berikut:
a. Orang murtad dengan sengaja maka wajib harus dibunuh setelah diminta untuk tobat. b. Bila beristri maka otomatis harus dicerai/dipisah secara paksa. c. Bila menjadi ahli waris maka tidak berhak mendapatkan warisan dari orang tua yang muslim d. Bila memiliki anak wanita, maka dia tidak bisa menjadi wali bagi anak gadisnya yang muslimah. Resiko yang lebih parah adalah apabila ketika saat pengosongan itu ternyata ada peserta yang keluar area entah karena sakit, pulang atau malah gila. Sehingga dia tetap dalam kekafirannya dan tidak bisa diisi lagi dengan doktrin kedua yang berfungsi untuk mengisi lagi keimanan. Sehingga tatacara seperti ini haram hukumnya karena:
  1. Bukan pola yang pernah diajarkan para Nabi dan juga para ulama. Karena tidak ada dalam sejarah mereka itu menggunakan metode pengosongan dahulu lalu diisi.
  2. Metode itu melalui proses pemurtadan yang berimbas kepada kekufuran.
  3. Meski hanya sejenak, resiko tidak terisi kembali karena berbagai hal. Dan siapa yang bisa menjamin bila peserta itu masih hidup sampai sesi terakhir?
  4. Apakah metode ini pernah melahirkan generasi yang imannnya melebihi muslimin umumnya dan tetap kuat sehingga tidak pernah goyah meski harus menghadapi ujian dan siksaan secara pisik seperti yang pernah dialami oleh para ulama seperti Imam Ahmad, Imam Ibnu Taymiyah, Hasan Al-Banna, Sayyid Qutub dan lainnya?
Wallahu A‘lam Bish-Showab, Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.
sumber:http://www.syariahonline.com/v2/aqidah/model-training-dengan-metode-penyucian-otak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Paling Populer

Source : http://adibey.blogspot.com/2010/07/cara-membuat-recent-comment-di-blog.html#ixzz1Qa830wmG