Google Translete

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Perhatian :

“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka.” (HR Muslim no. 2674).

Rabu, 29 Juni 2011

Alasan Orang Tua Yang Melarang Menikah

Ahmad Yusuf Zain
Pertanyaan:
Assalaamu‘alaikum wr. wb. Alhamdulillaahirabbil‘aalamiin. Ustadz yang dirahmati Allah. Bisakah dibenarkan orang tua yang melarang anak laki-lakinya menikahi seorang akhwat yang shalihah karena alasan: orang tua akhwat tersebut masih sering melakukan perbuatan yang berbau syirik, perbedaan usia, perbedaan status sosial? Syukran wajazakumullaahu khairan. Wassalaamu‘alaikum wr. wb.
Jawaban:
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. Orang tua adalah orang yang paling kita hormati dan kita junjung tinggi. Ketentuan ini ada dalam Islam. Sehingga ketika mereka memberi nasehat dan wejangan, maka secara motivasinya sudah bisa dipasitkan baik. Walau barangkali secara isi bisa saja tidak 100% tepat. Tapi paling tidak kita menghargainya dengan alasan:
1. Orang tua adalah orang yang paling berjasa dalam hidup kita dan jasa itu takkan tergantikan oleh siapapun juga. Jadi kalau kita mendengarkan dan memperhatikan benar apa yang dikatakannya, sama sekali tidak ada yang salah.
2. Ketika orang tua memberi nasehat kepada anaknya, niatnya sudah pasti tulus. Tidak pernah orang tua berniat untuk mencelakakan anaknya. Meski barangkali jalan berpikirnya tidak selalu sama dengan anaknya, tetapi sebagai anak yang bijak dan baik, pastilah bisa membaca jalan berpikir dan logika orang tuanya. Dialog dan tukar pikiran antara orang tua dan anak akhirnya menjadi penengah yang bisa menyatukan jalan berpikir masing-masing. Sebaiknya dialog ini selalu terjadi antar kedua pihak, bukan hanya saat menentukan calon mantu/istri saja. Tapi dalam semua hal.
Alangkah berbahagianya seorang ayah bila masih bisa masuk ke dalam alam berpikir anaknya dan paham apa maunya. Dan alangkah bahagianya seorang anak yang bisa memahami jalan berpikir ayahnya dan mampu menyelaminya. Alangkah indahnya hubungan antara Nabi Ibrahim as, dan nabi Ismail. Karena adanya keterpautan hati antara keduanya, Nabi Ibrahim tidak perlu berdebat dan berpanjang logika untuk memberi isyarat agar Ismail menceraikan istrinya. Bahkan mereka berdua tidak sempat bertemu. Nabi Ibrahim hanya berpesan kepada Ismail melalui menantunya itu agar Nabi Ismail mengganti palang pintu rumahnya. Ketika pesan itu disampaikan kepada Nabi Ismail, beliau paham apa maksudnya dan sama sekali tidak ada keberatan dalam hatinya untuk mematuhi saran ayahnya. Kasusnya sama persis ketika dahulu Ismail masih kecil dan Ibrahim mengatakan bahwa Allah memerintahkan untuk menyembelihnya. Tidak ada penolakan dan semua diterima dengan rasa mengabdi kepada Allah SWT. Maka beliau tidak lama kemudian menceraikan istrinya. Tentu saja bukan asal cerai. Pastilah nabi Ibrahim dengan kemampuannya bisa melihat hal yang kurang baik pada diri menantunya itu. Dan sebagai anak yang punya ‘jalur’ khusus dengan logika pemikiran orang tuanya, Nabi Ismail langsung bisa menerima saran itu bahkan tanpa harus mendengar langsung dari sang ayah apalagi berdebat.
Ini contoh bagaimana kuatnya hubungan orang tua dengan anak pada keluarga Ibrahim as. Di zaman ini, agak sulit kita menemukannya. Entah mengapa? Atau anda tahu jawabnya mungkin?
Wallahu A‘lam Bish-Showab, Wassalamu ‘Alaikum Wr. Wb.
sumber: http://www.syariahonline.com/v2/konsultasi-syariah/nikah-a-pra-nikah/alasan-orang-tua-yang-melarang-menikah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Paling Populer

Source : http://adibey.blogspot.com/2010/07/cara-membuat-recent-comment-di-blog.html#ixzz1Qa830wmG