Google Translete

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Perhatian :

“Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka.” (HR Muslim no. 2674).

Rabu, 29 Juni 2011

Mensikapi Keluarga Yang Kurang Mandiri

Toro
Pertanyaan:
Ada seorang janda ditinggal suaminya dengan 5 anak, 4 anaknya usia produktif (3 laki & 1 pr) dan 1 masih di SD +/- 13 tahun. mereka disantuni oleh keluarga besarnya. Dari rumah, toko, modal semua telah diberikan untuk menunjang kehidupannya, tapi karena mental mereka lemah jadi bangrut. Keluarganya merasa bahwa pemberiannya selama ini membuat mereka kurang berusaha, ada rencana membiarkan mereka hidup mandiri agar timbul jiwa tanggung jawab dan izzah mereka tapi sebagian keluarga lain menolaknya dengan alasan kasihan, bagaimana sebaiknya tindakan yang terbaik terhadap orang-orang yang seperti ini?
Jawaban:
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb. Islam memang selalu menganjurkan kita untuk berinfaq dan bersedekah membantu orang yang miskin dan kekurangan. Bahkan bila tidak melakukanya, kita dianggap Al-Quran sebagai pendusta agama. Lihat surat Al-Mau‘n ayat 1 s/d terakhir. Alah jelas-jelas mengatakan bahwa urusan membantu orang miskin dan kekurangan adalah hal yang sangat urgen dalam menetukan ke-Islaman seseorang, sehingga bila tidak dilakukan akan diancam sebagai pendusta agama. Namun disisi lain, Islam juga memerintahkan kepada umatnya untuk tidak menggantungkan diri kepada orang lain.
Dalam banyak hadits sering disebutkan bahwa orang yang bekerja mencari kayu bakar sejak dini hari hingga petang hari bercucuran keringat adalah jauh lebih baik dan mulia disisi Allah dari meminta-minta. Karena Islam sangat menghargai kerja dan usaha sendiri dan menjamin bahwa mereka yang bekerja untuk diberi upah sebelum kering keringatnya. Contoh yang paling menarik adalah fragmen kecil antara Abdurrahman bin Auf ketika hijrah ke Madinah dan dipersaudarakan dengan salah seorang Anshar. Sahabat dari Anshar ini menawarkan untuk berbagi harta bahwa rela menceraikan salah satu istrinya untuk dinikahkan oleh Abdurrahman. Namun Abdurrahman dengan sopan menampik tawaran baik itu dan hanya minta ditunjukkan pasar. Kesanalah beliau mengadu nasib dan hanya perlu waktu singkat dia telah menjadi orang kaya di Madinah.
Bila melihat dua sisi ini, maka sebenarnya keseimbangan antara keduabelah pihak perlu ditentukan. Untuk mandiri, seseorang memang membutuhkan motivasi, keterampilan dan juga kesempatan tentunya. Sehingga menjadi tidak bijaksana bila kita memutus bantuan tanpa mempersiapkan mereka untuk mandiri sebelumnya. Apakah tipe keluarga yang dibantu itu memang sudah kita siapkan menjadi ‘Abdurrahman bin auf‘? Karena bila tidak, tentu kita zalim dengan memutus bantuan. Jadi paling tidak harus ada semacam program untuk mempersiapkannya dan tidak dibiarkan begitu saja.
Wallahu A‘lam Bish-Showab, Wassalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh
sumber: http://www.syariahonline.com/v2/konsultasi-syariah/nikah-a-pra-nikah/mensikapi-keluarga-yang-kurang-mandiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini

Paling Populer

Source : http://adibey.blogspot.com/2010/07/cara-membuat-recent-comment-di-blog.html#ixzz1Qa830wmG